Mereka sering terlalu asyik bekerja dengan gayanya. Mereka bekerja
sesuai dengan kata hatinya. Mereka merasa orang lainlah yang membutuhkan
dirinya. Kalimat yang sering terucap dari mulutnya, “Ini cara dan gaya
saya bekerja, kalau tidak cocok silakan ke yang lain saja.” Tanpa
disadari, mereka sudah terjangkiti penyakit kesombongan intelektual.
Apabila hal ini terjadi dalam jangka yang panjang, maka akan merusak
kebersamaan team kerja dan yang lebih rugi lagi pelanggan akan pergi
satu demi satu. Kini saatnya orang pintar dan ahli melakukan outside in:
Mendengarkan apa yang dibutuhkan pelanggan, mendengarkan keluhan
pelanggan dan mendengarkan para ahli dari bidang yang berbeda.
Produk atau jasa yang menjadi rebutan pelanggan di dunia ini karena
memenuhi keinginan dan harapan pelanggan. Ketahuilah wahai orang pintar,
derajat Anda akan semakin meningkat bukan hanya fokus dengan keahlian
Anda tetapi justru dengan mengoptimalkan telinga Anda. Orang pintar dan
ahli tetapi “bebal” alias tak mau mendengar, perlahan tapi pasti akan
tersingkir dari persaingan.
Orang pintar dan ahli tapi tak mau mendengar saat bekerja ia akan
menjadi “trouble maker” dan dibenci banyak orang. Mereka merusak
kebersamaan dan menguras energi. Karir mereka boleh jadi melesat namun
kemudian berhenti di titik tertentu. Sementara bagi mereka yang
berbisnis, dalam waktu tertentu bisnisnya akan mati.
Sebagai orang yang berkecimpung dalam pengembangan diri, saya banyak menemukan orang-orang yang pintar dan ahli gagal
dalam bersosialisasinya. Mengapa? Salah satu sebab utamanya, karena ia tak mau
mendengar suara hati sekelilingnya. Mereka tak mau mendengar masukan dan
saran dari temanya.
Wahai orang pintar, teruslah meningkatkan kepintaran dan keahlianmu,
namun jangan lupakan fungsikan juga telingamu untuk semakin pintar dan
ahli mendengar suara-suara dari sekelingmu. Karena itu mungkin merupakan keberuntunganmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar